Senin, 11 Juli 2011
Benarkah Bulan Diciptakan Oleh Manusia?
Planet Bulan?
Sejak Apollo mendarat di bulan pada tahun 1969, rasa misterius orang-orang
terhadap bulan seakan-akan menurun. Dahulu, orang-orang berkumpul bersama di
rumah saat hari raya pertengahan musim gugur, dan saat makan kue bulan, begitu
menengadahkan kepala melihat rembulan di atas langit, dalam hati pasti merasa
penasaran dan bingung. Penasarannya adalah dari mana sebenarnya bulan ini
berasal? Dan bingung apa yang sebenarnya ada di atas bulan itu? Sastrawan pada
masa Dinasti Song yaitu Su Dong Po dalam Sui Tiao Ge Tou paling bisa hanya
menyuarakan rasa penasaran dan kerinduan bangsa China terhadap rembulan: Kapan
adanya terang bulan? Dengan arak bertanya pada langit cerah. Tidak tahu di
istana langit atas sana, hari ini tahun berapakah saat ini?
Setelah antariksawan mendarat di bulan, orang-orang tahu bahwa permukaan bulan
adalah sebidang padang pasir tandus, diselimuti debu angkasa tak terhingga
banyaknya, kosong melompong. Tetapi, tahukan Anda? Setelah mendarat di bulan,
beberapa temuan baru yang didapatkan, malah membuat ilmuwan semakin bingung
terhadap asal-usul bulan.
Saat ini pemahaman ilmuwan terhadap bulan telah melampaui imajinasi sebelum
pendaratan di bulan pada waktu itu, bukti–bukti temuan ini bisa membuat
pemikiran baru orang-orang terbuka, mengenal dan merenungkan kembali asal mula
diri sendiri dan kehidupan, serta alam semesta.
Studi Awal
Sejak zaman dahulu, astronom setiap bangsa di dunia telah mengadakan pengamatan
yang panjang terhadap bulan. Penampakan bulan yang mengembang bulat dan menyusut
berbentuk sabit, selain menjadi obyek inspirasi penyair, lebih menjadi pedoman
kerja penanaman sawah petani; penanggalan tradisional Tionghoa merupakan
penanggalan yang berdasarkan peredaran bulan, berperiode 28 hari sebagai patokan.
Pada masa lampau, orang-orang menemukan sebuah fakta yang sangat menarik, bulan
selalu mengarah pada kita dengan satu permukaan yang sama.
Kenapa? Melalui pengamatan yang panjang, orang-orang mendapati bulan bisa
berputar sendiri, dan periode perputarannya sendiri persis sama dengan periode
perputarannya mengelilingi bumi. Maka, biar di mana pun posisi bulan berada,
bulan yang kita lihat dari atas bumi pasti merupakan satu permukaan yang sama,
bayang-bayang di atas bulan selalu sejenis yang serupa.
Orang-orang bahkan memperhatikan, ukuran bulan kelihatannya sama besar dengan
matahari. Matahari dan bulan dirasakan sama besarnya, namun pada kenyataannya
apakah sama besarnya? Orang dahulu acap kali berhasil mengamati suatu fenomena
alam yang aneh, mereka menyebutnya dengan istilah “dewa anjing menelan matahariâ€,
di saat itu akan ada benda langit berwarna hitam menutup total matahari, langit
siang hari yang terang benderang tiba-tiba menjadi gelap gulita, dipenuhi dengan
kelap-kelip bintang, yaitu “gerhana matahari total†yang dikenal oleh ilmuwan
sekarang ini. Pada saat gerhana matahari total, benda langit hitam yang kita
lihat adalah bulan, ukuran bulan persis bisa menutupi matahari, artinya jika
dilihat dari bumi, bulan dan matahari sama besarnya.
Belakangan astronom mendapati, bahwa jarak matahari ke bumi persis 395 kali
lipat jarak bulan ke bumi, sedangkan diameter matahari juga persis 395 kali
diameter bulan, maka dilihat dari bumi, bulan persis sama besarnya dengan
matahari. Diameter bumi adalah 12.756 km, diameter bulan 3.467 km, dan diameter
bulan adalah 27%-nya diameter bumi.
Benda langit yang berputar mengelilingi planet, oleh ilmuwan disebut sebagai
satelit. Sembilan planet besar pada sistem tata surya semuanya memiliki
satelitnya sendiri. Di antara 9 planet besar tersebut ada beberapa planet yang
sangat besar, seperti misalnya planet Jupiter, planet Saturnus dan lain
sebagainya, mereka juga memiliki satelit yang mengedarinya, diameter satelit
mereka sangat kecil dibanding planet itu sendiri. Maka, satelit yang besarnya
seperti bulan, sangat unik di dalam sistem tata surya kita. Data-data yang
kebetulan ini menyebabkan beberapa astronom mulai memikirkan sebuah masalah,
yaitu apakah bulan terbentuk secara alami?
Bebatuan Bulan yang Lebih Tua
Setelah pesawat antariksa Apollo mendarat di bulan pada tahun 1969, dan
mengambil contoh batuan dari atas permukaan bulan, melakukan berbagai pengujian,
didapatkan data yang bisa dijadikan bahan analisa lebih mendalam terhadap
struktur bulan.
Pertama-tama dibuat analisa usia terhadap bebatuan yang terkumpul, didapati
bahwa usia bebatuan bulan sangat kuno, ada sejumlah besar usia bebatuan itu
melampaui bebatuan yang paling kuno di atas bumi. Menurut statistik 99% usia
bebatuan bulan melampaui 90% bebatuan kuno di atas bumi, usia yang berhasil
dihitung adalah sebelum 4,3-4,6 miliar tahun. Ketika membuat analisa terhadap
tanah permukaan bulan, didapati masa mereka lebih kuno lagi, ada beberapa yang
bahkan lebih awal 1 miliar tahun dibanding usia bebatuan bulan, melampaui lebih
dari 5 miliar tahun. Saat ini waktu yang diprediksi ilmuwan atas terbentuknya
sistem tata surya kurang lebih 5 miliar tahun lebih, mengapa bebatuan dan tanah
di permukaan bulan sejarahnya bisa begitu panjang? Para ahli juga berpendapat
bahwa sulit untuk menjelaskan.
Rongga pada Bulan
Pembuktian kabut bulan mungkin bisa menjelaskan struktur bulan. Astronot yang
mendarat di bulan, ketika akan kembali ke bumi, meninggalkan permukaan bulan
dengan mengendarai pesawat pendarat kembali ke kabin antariksa, setelah menyatu
dengan pesawat antariksa, pesawat pendarat itu dibuang kembali ke permukaan
bulan. Alat pengamat gempa yang dipasang pada jarak 72 km mencatat getaran pada
permukaan bulan, getaran ini terus berlangsung lebih dari 15 menit, sama seperti
martil memukul lonceng besar dengan sepenuh tenaga, getaran berlangsung dalam
waktu yang lama baru hilang secara perlahan-lahan. Ambil sebuah contoh misalnya,
ketika kita memukul sebuah besi berongga dengan sekuat tenaga, akan mengeluarkan
getaran ung… ung… yang terus bergema, sedangkan ketika memukul besi padat,
getaran hanya akan bertahan singkat, akan berhenti pada waktu yang tidak lama.
Gejala getaran yang terus berlangsung ini membuat ilmuwan mulai membayangkan
apakah bulan itu berongga?
Ketika sebuah benda yang padat mendapat benturan, bisa mengeluarkan dua macam
gelombang, satu adalah gelombang bujur (longitudinal), sedangkan satunya lagi
adalah gelombang permukaan. “Gelombang bujur†adalah suatu gelombang tembusan,
bisa menembus suatu benda, dari satu sisi permukaan melalui pusat benda dan
disalurkan ke sisi lainnya. Dan “gelombang permukaanâ€, sama seperti namanya,
hanya bisa menyampaikan pada permukaan yang sangat dangkal. Namun, instrumen
kabut bulan yang dipasang di atas bulan, melalui catatan waktu yang panjang,
sama sekali tidak berhasil mencatat atau merekam gelombang bujur, semuanya
berupa gelombang permukaan. Dari gejala yang menakjubkan ini, ilmuwan
membuktikan bahwa bulan itu berongga!
Berlapiskan Unsur Logam
Tidak tahu, apakah Anda memperhatikan, bila mengamati bulan pasti akan terlihat
potongan bayangan yang hitam-hitam, dan itulah area bayangan hitam yang
disebutkan oleh ilmuwan. Saat antariksawan mengambil bor listrik akan membuat
sebuah lubang di sana, mereka mendapati bahwa itu adalah pekerjaan yang
melelahkan, mengebor dalam waktu yang sangat lama, namun hanya bisa membuat
lubang sedikit saja. Dan ini aneh rasanya, permukaan bulan bukankah semestinya
terbentuk dari tanah dan bebatuan? Meskipun agak keras, namun tidak semestinya
sampai tidak bisa masuk! Ketika dengan cermat dan teliti menganalisa struktur
bentuk permukaan bulan pada area itu, ditemukan bahwa sebagian besar adalah
suatu komposisi unsur logam yang sangat keras, yaitu unsur logam titanium yang
digunakan untuk membuat pesawat antariksa. Pantas saja bisa demikian kerasnya.
Maka, komposisi keseluruhan bulan dapat dikatakan bagaikan sebuah bola logam
yang berongga.
Dalam lubang kawah bulan terdapat lava dalam jumlah besar, ini tidak aneh, yang
aneh adalah lava-lava ini mengandung sejumlah besar unsur logam yang sangat
langka di bumi, misalnya titanium, kromium, itrium dll. Logam-logam ini semuanya
sangat keras, tahan panas, anti-oksidasi. Ilmuwan menaksirkan, jika hendak
melebur unsur-unsur logam ini, paling tidak suhunya harus di atas 2-3 ribu
derajat, namun bulan adalah sebuah “planet dingin yang mati kesepian†di langit,
paling tidak selama 3 miliar tahun tidak ada aktivitas gunung berapi. Lalu
bagaimana bulan bisa menghasilkan begitu banyak unsur logam yang membutuhkan
suhu yang tinggi? Lagi pula, setelah ilmuwan menganalisa contoh tanah bulan
seberat 380 kg yang dibawa oleh antariksawan, didapati ternyata mengandung besi
dan titanium murni, ini adalah golongan tambang logam murni yang tidak akan ada
secara alamiah. Ini menunjukkan bahwa logam-logam ini bukan terbentuk secara
alamiah, melainkan hasil leburan manusia.
Penemuan ini sekaligus menjawab pertanyaan yang sejak lama membuat bingung para
ahli. Jumlah lubang kawah di atas permukaan bulan sangat banyak, namun anehnya,
lubang-lubang ini sangat dangkal. Ilmuwan memperhitungkan, jika sebuah planet
kecil yang berdiameter 16 km dengan kecepatan 50.000 km/jam terbentur dan hancur
di atas bumi, maka akan mengakibatkan sebuah lubang besar dengan kedalaman
berdiameter 4-5 kali lipatnya, artinya kedalamannya bisa mencapai 64-80 km. Dan
sebuah lubang Kawah Gagrin yang merupakan kawah terdalam pada permukaan bulan,
diameternya 300 km, namun kedalamannya hanya 6,4 km. Bila hitungan ilmuwan tidak
ada kesalahan, bebatuan yang mengakibatkan lubang ini jika bertabrakan di atas
bumi, akan mengakibatkan lubang besar yang paling tidak kedalamannya 1.200 km!
Mengapa di atas bulan hanya bisa menimbulkan lubang bebatuan yang demikian
dangkal? Satu-satunya penjelasan yang mungkin dapat diberikan adalah lapisan
kulit luar bulan sangat keras. Jika demikian, komposisi logam keras di permukaan
bulan yang ditemukan sebelumnya cukup untuk menjelaskan gejala semacam ini.
Bulan Diciptakan oleh Manusia?
Dua ilmuwan eks Uni Soviet dengan berani mengemukakan hipotesanya, menganggap
bahwa bulan adalah sebuah kapal ruang angkasa yang telah mengalami perombakan.
Dengan demikian, baru bisa secara sempurna menjelaskan dan menjawab berbagai
macam gejala aneh yang ditinggalkan bulan untuk kita.
Hipotesa ini sangat berani, dan juga cukup banyak menimbulkan perdebatan, saat
ini sebagian besar ilmuwan masih belum berani mengakui teori ini. Namun,
kenyataan yang tidak diperdebatkan adalah, bahwa bulan memang benar-benar bukan
terbentuk secara alami. Bulan bagaikan mesin yang sangat akurat, setiap hari
menghadap bumi dengan segi yang sama, juga persis sama besarnya dengan matahari
kalau dilihat sepintas. Permukaan luar adalah sebuah lapisan paduan kulit logam
yang tinggi tingkat kekerasannya, bisa menahan serangan bebatuan yang
kepadatannya tinggi dalam jangka waktu yang panjang, dan tetap sempurna seperti
bentuk semula. Jika merupakan sebuah benda langit alamiah, tidak seharusnya
memiliki begitu banyak ciri khas yang dibuat manusia.
Diperkuat dengan bukti bulan seperti planet logam titanium berongga yang
diciptakan manusia, maka tidak sulit untuk membayangkan bahwa bulan seyogianya
dipasang dan diletakkan di atas oleh “manusiaâ€, segala ciri khasnya sekaligus
menunjukkan, bahwa bulan diciptkan manusia bumi pada waktu itu. Jika demikian,
sebelum adanya bulan, langit malam hari di atas bumi seharusnya sangat gelap
gulita. Jika waktu itu di atas bumi ada manusia, lalu pada malam hari dan di
atas permukaan bumi yang luas, mereka sangat sulit melakukan aktivitas apa pun,
maka pantas saja dirancang sebuah cermin yaitu bulan, untuk ditempatkan di atas
langit. Maka wajah atau pemandangan bulan yang paling asli adalah sebuah bola
metal, yang tingkat keterangan cahaya pada zaman dahulu pasti lebih terang
dibanding sekarang, seiring dengan perjalanan waktu yang panjang, di bawah
kondisi tidak adanya lapisan atmosfer, dan ditutupi sejumlah besar bebatuan
kosmos serta debu sehingga menjadi seperti sekarang ini. Dan bila saat ini kita
menganalisa permukaan bebatuan dan tanah bulan, tentu saja mendapati usianya
lebih lama dari pada bumi, membuat adanya perasaan sedikit fantastis.
Saat ini terhadap masalah yang tidak dapat dijelaskan dan tidak berani diakui
ilmuwan, bila kita melepaskan bingkai-bingkai pemikiran yang sempit, menganalisa
secara rasional akan menemukan banyak sekali fenomena yang sulit untuk
dijelaskan namun sebenarnya sangat mudah dipahami. Berdasarkan sejumlah besar
bukti yang ditemukan ilmuwan sejak awal sudah bisa dipastikan bahwa bulan adalah
ciptaan manusia, merupakan ciptaan manusia prasejarah, lalu mengapa tidak bisa
mengambil kesimpulan terakhir? Sebab eksistensi manusia prasejarah, dapat
dikatakan adalah merupakan pantangan ilmuwan, sebagian besar ilmuwan biar pun
meneliti begitu banyak bukti dan teori yang tepat, namun saat menemui pandangan
yang bertentangan dengan teori evolusi, maka siapa pun tidak berani
mengemukakannya.
Padahal eksistensi manusia prasejarah yang memiliki peradaban yang sangat tinggi
sudah ditunjukkan dalam penemuan-penemuan arkeologis belakangan ini. Sebagai
contoh, penemuan tambang reaktor nuklir yang diperkirakan berusia 2 miliar tahun
yang lalu di Republik Gabon, Afrika, yang lebih canggih dari pertambangan
reaktor nulir zaman sekarang. Semangat yang menuntut kebenaran seyogianya
merupakan prinsip tertinggi dalam penelitian ilmuwan, apabila kita telah
melompat keluar dari bingkai-bingkai pemikiran pendahulu, maka tidak sulit untuk
membayangkan bahwa di antara sejumlah besar penelitian ilmiah, akan terdapat
sebuah lompatan yang sangat cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA ARTIKEL YANG BERADA DI BLOG SAYA, JIKA ADA SARAN ATAU MASUKAN YANG INGIN ANDA BERIKAN, SILAHKAN BERIHKAN OCEHAN ANDA DI KOTAK DI BAWAH INI...
nb:saya tidak akan menampilkan ocehan yang bersifat SPAM maupun kata-kata bernada sara